Selasa, 20 Oktober 2009

SIKAP SABAR DALAM MUSIBAH

SIKAP SABAR DALAM MUSIBAH
Oleh : Ushuluddin Nur


Dalam Kitab Tafsir Jalalain diceritakan, bahwa pada suatu waktu tiba-tiba lampu Nabi Muhammad Saw. Seketika padam, maka beliau seketika mengucapkan Istirja’. Melihat hal tersebut ‘Aisyiyah berucap “ bukankah itu hanya sebuah Lampu “. Kemudian Nabi menjawab “ setiap segala sesuatu yang mengecewakan (hati) orang Mukmin itu berarti suatu musibah “. (Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kumpulan hadits-hadits Mursalnya.

Setiap mahluk, pada suatu ketika (dalam kurun waktu tertentu) pasti akan tertimpa suatu musibah, karena esensi daripada mahluk adalah tidak kekal dan abadi, karenanya pada suatu ketika pastilah akan binasa, apakah itu berupa kehilangan harta, kematian, tidak lulus ujian, sakit, kebanjiran, gempa, kekecewaan hati dan lain sebagainya. Karenanya hendaklah kiranya kita sadar bahwa semuanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada Nya. Oleh karenanya Rosulullah Saw. Mengajarkan kepada kita dalam Hadits Riwayat Imam Muslim dari Ummu Salamah :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ - إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا - إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Tidak ada sorang muslim yang ditimpa suatu musibah, kemudian ia mengucapkan apa yang diperintahkan Allah, (yakni)
{إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا}
Artinya: sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami kembali kepada-Nya, ya Allah berilah pahala kepadaku atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku yang lebih baik darinya Melainkan Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari (musibah) tersebut.

Hanya saja pahala ini akan Allah berikan jika kita mampu bersabar, tidak berkeluh kesah saat pertama kali goncangan musibah itu datang.
Suatu ketika Nabi saw. menghampiri seorang wanita yang menangis di dekat kuburan, kemudian Nabi bersabda, “Bertakwalah engkau kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu berkata, “menjauhlah engkau dariku, Engkau tidak tertimpa musibah seperti aku.” Wanita itu tidak mengenal Rasulullah saw. Kemudian dikatakan kepada wanita itu bahwa yang berkata tadi adalah Rasulullah saw. Wanita itu lalu mendatangi rumah Nabi saw. tapi ia tidak menemukan penjaga pintu, sehingga ia masuk ke rumah Nabi dan berkata, “Aku tidak mengenal engkau.”—dalam fathul Bariy disebutkan riwayat bahwa wanita itu berkata ‘aku akan bersabar –aku akan bersabar– lalu Rasulullah saw. bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى
“Sesungguhnya kesabaran (yang mendapat pahala) itu pada saat goncangan yang pertama.” (Mutafaq ‘alaih)

Besarnya pahala yang diberikan Allah bergantung kepada besarnya musibah yang diberikan. Dari Anas bin Malik, diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
Besarnya balasan bersama dengan besarnya bala/ujian, dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya, maka barang siapa yang ridho baginya keridhoan Allah, dan barang siapa yang marah baginya kemarahan Allah (Hr. Ibn Majah no 4021)

Marilah kita renungkan kisah sabarnya ummu sulaim, yang diriwayatkan oleh imam Muslim (hadits no 4496, kutubut tis’ah) dari anas:
“Anak laki-laki Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia. Maka isterinya berkata kepada keluarganya, “Jangan kalian beritakan kepada Abu Thalhah tentang kematiannya, sampai aku sendiri yang mengabarkannya!”. Kemudian Abu Thalhah pun datang dan dihidangkan kepadanya makan malam, maka ia pun makan dan minum. Sang istri kemudian berdandan bahkan lebih indah dari waktu-waktu sebelumnya. (Kemudian mereka ‘bekerja sama’). Setelah dia merasa, bahwa Abu Thalhah telah kenyang dan puas dengan pelayanannya, sang isteri bertanya, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu tentang suatu kaum yang meminjamkan sesuatu kepada sebuah keluarga, lalu mereka mengambil barang yang dipinjamkannya, apakah mereka berhak menolaknya?” Ia berkata, “Tidak (berhak)!” “Jika demikian, maka mintalah pahalanya kepada Allah Ta’ala tentang puteramu (yang telah diambil-Nya kembali)”, kata sang istri. Suaminya berkata, “Engkau biarkan aku, sehingga aku tidak mengetahui apa-apa, lalu engkau beritakan tentang (kematian) anakku?” Setelah itu, ia pun mendatangi Rasulullah, lalu ia ceritakan apa yang telah terjadi. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semoga Allah Ta’ala memberkahi kalian berdua dalam kejadian tadi malam”. Lalu isterinya mengandung dan melahirkan seorang anak…dan Rasulullah menamainya Abdullah’.”
Dalam riwayat al-Bukhari, Sufyan bin Uyainah berkata, “Seorang laki-laki dari sahabat Anshar berkata, “Aku melihat mereka memiliki sembilan anak. Semuanya telah hafal al-Qur’an, yakni dari anak-anak Abdullah, yang dilahirkan dari ‘kerja sama’ malam itu, malam wafatnya anak yang pertama, yaitu Abu Umair.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook

https://www.facebook.com/UshUll

Blogger templates